Ditulis Oleh: Rinda Dwiguslita
Gladis meraih odol dan mulai menggosok giginya. Setelah itu, dia mencuci kaki dan melangkah memasukinya kamarnya.
“Kakinya sudah dicuci?” tanya Gladis saat mendapati adiknya tengah menatap layar HP.
“Sudah, Mbak,” sahut Titha, adiknya yang berumur lima tahun.
“Giginya sudah digosok?”
“Sudah.”
“Ayo tidur, sini HP-nya.”
Gladis mengulurkan tangan, meraih HP yang digenggaman adiknya. Titha menyerahkan Hp itu dan tersenyum menatap kakaknya.
“Lanjutkan dongeng kemarin malam ya, Mbak!” pintanya manja.
“Baiklah … kemarin malam sampai di mana ya cerita,” kata Gladis menarik selimut dan menutupi badan adiknya.
“Hmm … sampai Cinderela menangis di kuburan ibunya karena ibu tirinya merobek-robek gaun pesta yang dijahit oleh sahabat-sahabat Cinderela.”
“Setelah itu, datanglah Ibu Peri menghampiri Cinderela dan menanyakan kenapa cinderela menjelang magrib masih di makam? Cinderella menceritakan apa yang terjadi pada dirinya. lantas Ibu Peri tersenyum dan berkata ….”
Belum selesai dongeng itu, Titha sudah terlelap tidur, sama persis dengan kelakuan Gladis saat didongengkan oleh Bunda dulu. ***
Nice story for my beautiful daughter, thanks